Sebanyak 50 orang anggota Satuan Karya (Saka) Widya Budaya Bakti dan Saka Pariwisata Kwarcab Kabupaten Purbalingga mengikuti “Belajar Bersama di Museum”. Kelas yang dibuka pada Belajar Bersama di Museum yakni Kelas Membatik, Kelas Membuat Gerabah dan Kelas Musik Tradisi diselenggarakan pengelola Museum Prof. Dr. R Soegarda Poerbakawatja Purbalingga.
Baca Juga: 32 Orang Penegak Bantara Pangkalan SMK Negeri 2 Purbalingga Dikukuhkan
Kegiatan ini berlangsung mulai Senin (23 November 2020) hingga Minggu (29 November 2020) tetap melaksanakan pembatasan terkait dengan pencegahan penyebaran covid-19.
Baca Juga: Kasus Covid-19 Melonjak. Kwarcab Purbalingga Tunda Diklat Pramuka Peduli
Register Museum Soegarda, Kak Anita Indah Cahyani menuturkan, 50 orang peserta dari Saka Pariwisata dan Saka Widya Budaya Bakti ini terbagi menjadi tiga kelas, 10 orang mengikuti kelas musik tradisi, 20 orang mengikuti kelas membatik dan 20 orang mengikuti kelas membuat gerabah.
Baca Juga: Kakak, Ayo Ikut Jadi Duta Perubahan Perilaku Masyarakat. Ini Cara Registrasinya
“Peserta untuk Belajar Bersama di Museum kali ini berbeda dengan tahun sebelumnya yakni anggota pramuka yang tergabung dalam Saka Pariwisata dan Saka Widya Budaya Bakti. Kalau sebelumnya peserta adalah siswa Sekolah Dasar (SD), jadi untuk tingkat kesulitan kelasnya pun sedikit berbeda dari tahun sebelumnya,” ungkap Kak Anita saat kegiatan, Sabtu (28 November 2020).
Baca Juga: Humas dan Protokol Kwarcab Bekerjasama PWI Purbalingga Gelar Pelatihan Jurnalistik untuk Pramuka
Ia menambahkan, Belajar Bersama di Museum ini merupakan program publik yang didanai melalui Dana Alokasi Khusus Non Fisik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
“Belajar Bersama di Museum ini sebenarnya sudah tahun kedua yang dilakukan Museum Soegarda,” katanya
Kak Anita menjelaskan, berbeda dari tahun sebelumnya, tahun ini terdapat kelas pelatihan musik tradisi. Karena Purbalingga masuk dalam wilayah Banyumas Raya maka musik khusus yang dipelajari yakni musik calung.
“Untuk peserta kelas musik tradisi ini dari awal sudah ditentukan karena untuk memainkan musik ini tidak bisa ganti-ganti dan diakhir juga ditarget bisa menghasilkan karya musik yang menarik. Khusus kelas calung diharapkan bisa menampilkan karya yang hasilnya akan disiarkan secara virtual melalui kanal Youtube,” ujarnya.
Sementara untuk Kelas Membatik sendiri ditarget bisa membuat batik motif pakem atau klasik di atas kain selebar 1 meter. Proses pembuatannya memakan waktu kurang lebih dua hari mulai dari proses menggambar pola hingga menjadi kain batik.
“Satu orang di Kelas Batik sebetulnya memakan waktu kurang lebih sampai dua hari, jadi untuk peserta kelas batik selesai paling sore untuk menyelesaikan kain batiknya sampai jadi,” tuturnya.
Selanjutnya Kelas Membuat Gerabah, peserta diharapkan mampu membuat salah satu bentuk gerabah baik asbak, mangkok atau yang lainnya. Setelah selesai membuat, gerabah lalu dijemur, kemudian diberi warna yang menarik sesuai keinginan mereka dan dijemur kembali.
“Kelas Membatik dan Membuat Gerabah ini paling menarik, karena mereka bisa mendapatkan ilmu keduanya jadi satu hari untuk membuat gerabah dan satu harinya lagi membuat keramik secara bergantian,” imbuh Kak Anita.
