Malam mensesap rembulan. Jemari waktu merayap di antara dingin yang berpagut sepi. Malam terus melangkah menyambut pagi. Guratan langit yang mendung bergelayut syahdu. Keheningan pagi berlari pelan ditemani nada-nada gemricik air mengalir membasuh butir-butir beras tanpa ada patahan.
Api kompor sudah menyala, nada-nada gemricik air kembali terdengar mengisi dandang besar diatas kompor. Api semangat siap memanaskan pagi di Dapur Umum (DU) Dusun Pagersari Desa Tumanggal Kecamatan Pengadegan.
Air telah panas. Tangan-tangan perkasa anggota Taruna Siaga Bencana (Tagana) dan Pramuka Peduli Kwarcab Purbalingga dengan sigap memasukan butir-butir beras tanpa ada patahan kedalam dandang berisi air yang telah matang.
“Tadi kami bersiap tepat pukul 00.00 Wib. Kami berlima dari Tagana dan Pramuli menyiapkan beras 75 kilogram. Nantinya, nasi hangat ini akan disajikan untuk sarapan pagi 750 orang pengungsi,” ungkap Anggota Tagana, Kak Iwan Supriyatno.
Tak ingin pagi pergi tanpa makna, ibu-ibu berhijab lengkap dengan jaket tebal untuk menolak dingin menusuk badan bergegas menyiapkan berbagai jenis sayuran. Pisau sudah siap ditangan yang lembut, tajamnya pisau seperti tanpa diperintah merajang wortel, kol, dan sayur mayur lainnya untuk siap diolah menjadi masakan lezat.
Tak perlu waktu lama, irisan sayuran telah disiap naik ke wajan besar. Terlihat kompor sudah menyala memasak potongan sayuran. Tangan-tangan penuh keikhlasan terlihat berulang kali mengaduk untuk mendapatkan cita rasa masakan yang istimewa.
“Kiye segane wis mateng, yuh disog kana ben adem (nasi sudah masak, mari ditaruh disana biar dingin-red),” teriak Kak Iwan lirih.
Nasi telah matang dan siap menunggu dingin agar bertahan lama ketika nanti dibungkus. Sambil menunggu masakan yang akan menemani nasi siap. Kakak-kakak anggota Pramuli menyiapkan lipatan kertas pembungkus.
Jarum jam di dinding yang dingin tepat menunjukkan pukul 03.00 WIB. Nasi hangat dan masakan istimewa siap untuk dijadikan satu dalam bungkusan cantik. Ibu-ibu berhijab lengkap dengan jaket tebal tadi beralih tugas membungkus nasi dan masakan ditemani oleh para anggota Pramuli.
“Pagi ini, kami memasak sayur buncis dan seng mie, ditambah dengan telor goreng. Sesi pembungkusan masakan ini harus sudah selesai sebelum pukul 06.00 Wib. Kami bergotong royong bersama para ibu PKK dan Pemuda Karang Taruna Desa Tumanggal serta teman-teman dari Tagana,” ungkap anggota Pramuli Kwarcab Purbalingga, Kak Diah Tri Lutfianti.
Kak Iwan Supriyatno yang juga Andalan Urusan Abdimas Kwarcab Purbalingga menjelaskan, DU ini merupakan kelanjutan dari DU yang telah berakhir 31 Desember 2020.
“DU yang terletak di Balai Desa Tumanggal. Berakhir 31 Desember 2020. Teman-teman dari Dinsos, BPPD, PMI, dan para relawan lain telah selesai bertugas. Namun, Kami dari Tagana dan Pramuli diminta oleh Bu Kades untuk menemani sekaligus menyiapkan para pengungsi yang dibantu oleh masyarakat agar dapat mandiri menyiapkan segala keperluan sehari-harinya,” ungkapnya.
Tagana dan Pramuli lanjut Kak Iwan, mendapat tugas hingga Minggu (3 Januari 2020) untuk mengajari mekanisme memasak dalam jumlah besar dan dipatok waktu. Pasalnya, untuk waktu distribusi makanan harus dilakukan dengan seksama, untuk penyiapan nasi bungkus, sarapan pagi hari, harus didistribusikan pada pukul 06.00 WIB, makan siang pukul 12.00 WIB dan makan malam pada pukul 17.00 WIB.
“Tagana dan Pramuli berbagi ilmu untuk melatih kemandirian pengungsi. Kami berbagi tentang tata cara pembagian tugas memasak dan managemen waktu. Sudah bisa dilepas, hari Senin (4 Januari 2020) para pengungsi yang dibantu para pemuda dan ibu-ibu PKK sudah bisa memasak sendiri. Secara bertahap nantinya mereka akan bisa memasak dirumah masing-masing. Mereka masih memerlukan logistik mentah berupa sembako,” ungkapnya
Satu orang pengungsi, Slamet Ridwan Mustofa mengaku sudah bisa memasak nasi dalam jumlah besar dengan benar.
“Diajari memasak oleh teman-teman Tagana dan Pramuli. Sekarang sudah bisa. Dulu belum tahu caranya masak dengan jumlah banyak dan ditarget waktu. Jika nasi masih panas langsung dibungkus, pasti akan cepat basi. Sekarang sudah mahir,” ungkapnya
Kepala Desa Tumanggal, Surati mengungkapkan, Pemerintah Desa memang meminta kepada relawan dari tagana dan Pramuli untuk membantu menyiapkan kemandirian pengungsi memulai kehidupan yang baru. Pihaknya juga menyampaikan, atas nama masyarakat Tumanggal menyampaikan terima kasih atas keiklasan serta kepedulian kepada korban terdampak bencana alam.
“Terima kasih untuk Ibu Bupati beserta jajarannya, Dinas Sosial, dan BPBD. Kepada seluruh relawan yang telah membantu bahu membantu mengevakuasi, membantu memasak di dapur umum, juga untuk semua masyarakat yang tak bisa disebutkan satu satu, terima kasih atas donasinya. Semoga yang dilakukan dapat menjadi ladang amal ibadah,” tuturnya.
Bencana tanah bergerak melanda Dusun Pagersari, Desa Tumanggal, Purbalingga, Jawa Tengah, ini terjadi Kamis (3 Desember 2020). Pergerakan tanah diakibatkan oleh faktor hujan yang mengguyur kawasan ini sejak pagi sampai malam hari. Selain itu, faktor topografi dengan kemiringan 30 derajat membuat tanah di Dusun Pagersari semakin labil.
Akibatnya, puluhan rumah mengalami retak di bagian dinding, bahkan beberapa di antaranya roboh. Kerusakannya mulai dari rusak ringan hingga dapurnya ambruk. Karena elevasi tanahnya turun, ada dua rumah yang amblas. Hingga Kamis (31 Desember 2020), warga terdampak di RT 15, 16, dan 17 sebanyak 213 terdiri dari 704 mengungsi di tempat yang lebih aman.
