Adzan Magrib selesai berkumandang. Anak-anak bergegas mengambil air wudlu. Mereka bersiap untuk melaksanakan sholat Magrib berjamaah. Anak laki-laki sudah rapi mengenakan sarung dan kopiah dengan rapi, pun demikian dengan anak-anak perempuan. Mereka mengenakan mukena cantik untuk menutup aurat.
Sholat Magrib berjamaah telah rampung. Mereka segera membereskan tempat untuk melanjutkan belajar mengaji. Ya, bencana alam yang terjadi di Dusun Pagersari, Desa Tumanggal, Kecamatan Pengadegan, Kabupaten Purblingga tak menyurutkan semangat anak-anak untuk tetap belajar mengaji, walaupun ditempat pengungsian.
“Anak-anak begitu antusias mengikuti mengaji. Kami laksanakan setiap selesai shalat Maghrib, kami ajar baca tulis Al Quran dan durasinya pun tidak sampai 60 menit. Metode belajarnya ala TPQ, yakni ngaji iqro, membaca surat-surat pendek, doa-doa, dan tata cara sholat,” kata Musliati, guru mengaji yang juga warga Desa Tumanggal sekaligus korban bencana alam saat ditemui di tempat pengungsian, Minggu (20 Desember 2020).
Musliati menyebut, baca tulis Al Quran sangat penting diajarkan kepada anak-anak sejak dini untuk menambah pengetahuan dan wawasan mereka terhadap agama agar kelak dapat menjadi orang yang berguna.
“Selain itu, belajar mengaji sekaligus merupakan satu cara memulihkan kondisi psikologis anak dari rasa trauma yang mereka alami. Semoga bencana alam cepat berlalu dan mereka bisa kembali kerumahnya,” katanya
Anak-anak yang sedang mengungsi, seperti Naura dan Sifa mengaku senang mengikuti kegiatan ini.
“Senang sekali, karena ada ngaji dan tata cara untuk menjalankan sholat. Sehingga mengetahui tata cara sholat yg baik dan benar,” kata Naura
Sifa menimpali, dirinya juga merasa senang bisa ngaji bersama.
“Banyak teman, jadi asyik dan dapat ilmu agama,” imbuh Sifa.
Untuk diketahui, bencana yang mengakibatkan185 rumah terdampak dan 85 rumah rusak berat ini terjadi Kamis (3 Desember 2020). Tercatat 68 orang usia sekolah mengungsi dan meninggalkan rumahnya karena terdampak bencana tanah bergerak.
