Tokoh utamanya sendiri dua perempuan lintas generasi, lahir dan tumbuh besar di zaman yang berbeda, namun sama-sama menjadi korban politik dan kekuasaan. Tidak kurang, keduanya juga memiliki latar belakang etnis, ideologi, kelas sosial, dan kecenderungan politik yang berbeda.
Adalah Sekar Ayu Kusumastuti, sang perempuan pertama. Ia lahir menjelang masa akhir pendudukan Belanda.
Orang tuanya berasal dari dua etnis yang berbeda: sang ayah dari Hadramaut, Yaman; keturunan kaum pedagang, sedang ibu asli Surakarta dan masih ber-trah ing kesumo rembesing madu—keturunan bangsawan Jawa (hlm. 43).
Perbedaan latar belakang itu membuat perpecahan di kalangan keluarga Sekar Ayu, karena pasangan tersebut dianggap tidak sepadan, tidak cocok bibit, bebet, dan bobot-nya.
Akhirnya kedua orang tua Sekar Ayu berpisah dan korban utama dari perceraian ini adalah Sekar Ayu sendiri.
